Thursday, June 10, 2010

Read More

Monday, June 07, 2010

Sakit itu bernama FAKIR

Sore kemaren, secara tidak sengaja, aku ketemu sama keponakan tetangga depan rumah sebelah kiriku. ibu muda itu sedang menggendong balitanya. Balita bertubuh kurus itu terlihat tidak bisa diam, minta turun, jalan dan mainan... Ada sesuatu yang beda!! Subhanallah bukannya itu balita yang divonis dokter tak berumur panjang,karena ada kebocoran di katup jantungnya?? dengan hati berdebar2 kulihat dengan seksama.. iya betul.. (maklum, sebenarnya yang jadi tetangga itu pak de ibu muda itu, dia jarang sekali main kesana)..
Dengan hati-hati karena takut tesinggung aku bertanya, mbak, maaf ini keponakannya Riva (teman maen liv, adik ibu muda ini)? iya betul jawabnya.. subhanallah.. mulutku tidak bisa menyembunyikan kekagumanku pada-Mu, Yaa As-Sifa'..
Masih teringat di kepalaku, tiga bulan lalu aku sampai tidak tega menyentuh balita 16 bulan ini, karena tubuhnya yang kecil seperti bayi 3 bulan itu hanya diam lesu digendongan kakeknya, dengan selang infus yang ditanam dihidung kecilnya selalu setia menemaninya karena tidak satupun makanan bisa masuk kecuali ASI,
Singkat kata kamipun duduk-duduk didepan rumahku. Dia bercerita tentang perjuangan mereka untuk Alfi (demikian panggilan balita itu).
Alfi mengalami kelainan pada katup jantungnya semenjak janin, alias "dari sononya" begitu ibu muda itu memulai ceritanya. tapi karena terbentur masalah dana (lagi-lagi) dan kesehatan Alfi, operasi belum bisa dilakukan. Hingga dua bulan lalu, mereka mendapat telpon dari RS jantung Harapan Kita Jakarta, kalo alfi bisa dioperasi pekan ini, dengan perkiraan biaya Rp.60 juta. Sebuah angka yang fantastis dan terlihat tidak mungkin bagi pasangan muda ini.
Dengan berbekal doa dan surat keterangan tidak mampu, mereka meminta bantuan kepada LKC (layanan kesehatan Cuma-Cuma) dan Dinas kesehatan Depok. Alhamdulillah, mereka mendapat Rp.30juta dari Dinas Kesehatan Depok, namun tidak sesuai dengan harapan dan janji LKC yang semula berjanji menutup 50% dana operasi, ternyata hanya mampu memberi RP.5juta.
Dengan mata berkaca2 ibu muda itu berkata: Saat itu Alfi sudah dua hari di RS, dan menjalani berbagi macam tes pra operasi, serta puasa. Walaupun dokter pernah berkata, kami tidak boleh berharap terlampau banyak terhadap operasi ini, hanya kebesaran-Nya yang bisa menyembuhkan Alfi, tapi bagi saya, operasi ini adalah awal dari segalanya. Harapan saya untuk melihat Alfi sembuh, sehat dan ceria seperti layaknya balita lain seakan sirna ketika suami saya mengatakan, Alfi tidak bisa dioperasi karena biaya. Saya marah, takut, kecewa dan kasihan melihat anak saya.
Suami saya kemudian menghadap bagian administraasi RS.Jantung Harapan Kita dan menyatakan pembatalan operasi karena ketiadaan biaya..
Ternyata, jika operasi dibatalkan pun, kami tetap harus membayar Rp.2juta rupiah untuk biaya rawat inap 2 hari dan serangkaian tes pra operasi Alfi. Suami saya tertunduk lesu dan mengatakan tidak punya uang sebesar itu.
Alhamdulillah, bapak bagian administraasi RS.Jantung Harapan Kita tadi (maaf saya tidak tahu namanya) menyarankan ke peduli kasih indosiar untuk meminta bantuan dana buat operasi Alfi. Ya Allah hanya kebesaran-Mu lah, Alfi bisa menjalani operasi dengan lancar.
Tahukah pembaca mengapa Alfi mengalami kelainan jantung sejak di kandungan??
ya, tidak lain dan tidak bukan , malnutrisi penyebabnya. himpitan ekonomi, yang menyebabkan ibu muda ini sehari2 hanya makan mi instan yang sebungkus pun harus dibagi berdua dengan suaminya.
padahal kandungan gizi apa sih yang terkandung dalam mi instan? ditambah lagi bahan pengawet, penyedap rasa, dan lilin pelapis mi instan.

Read More

Wednesday, November 04, 2009

Masihkah kita berpikir, Agama menunggu tua saja?

Jika kita masih berpikir, belajar agama nanti saja kalo sudah tua...
maka siapa yang tahu umur seseorang? Jikalaupun diberi umur yang panjang, bukankah kita juga diberi kewajiban yang panjang pula?? mendidik suami/istri, anak dan keluarga salah satunya...
Semoga kisah nyata berikut bisa menjadi ibroh bagi kita semua.
Sungguh mengejutkan.. keluarga yang semula kupikir bahagia ternyata sebenarnya porak poranda. menjadi ibroh yang sangat besar bagi saya dan kita semua.
Awalnya kupikir dia adalah nenek tua yang kuat dan tangguh. di usaianya yang sudah kepala tujuh, Alhamdulillah dia masih mampu mengerjakan semua kebutuhannya sendir, memasak, mencuci, setrika, bayar listrik, telpon dan aktif kegiatan keagamaan di kampung kami. Sungguh, siapa yang tidak menginginkan masa tua yang sehat dan mandiri..

Beberapa bulan yang lalu, beliau sempat mengeluh kpd saya, diusianya yang tak lg muda, nenek masih haarus mengerjakan semua sendiri, capek begitu katanya. saya cuma bisa menjawab Alhamdulillah nenek diberi Allah kesehatan dan kekuatan yang tidak semua orang memilikinya. tapi kalo memang nenek capek, kenapa nggak ikut salah satu anak yang dianggap mampu? tapi beliau hanya terdiam...Ada kegundahan dalam matanya.. yang saya sendiri tak mampu menebaknya.
Smakin lama saya mengenalnya, semakin tahu saya bahwa bebannya tidak sedikit..
Duhai Allah malu hamba karena telah berprasangka buruk pada beliau.. Astaghfirullah.. maafkan saya nek..
Pada awalnya saya baru tahu, jika salah satu anaknya telah disia2kan oleh suaminya.. sekian tahun tidak diberi nafkah lahir dan batin.. tapi Alhamdulillah Allah menganugerahkan hati yang kuat pada anak nenek ini.. dengan bekerja keras dia menghidupi kedua putrinya yang beranjak dewasa..
Nenek ini hidup terpisah dari suaminya.. hanya Allah yang maha tahu apa alasannya. suaminya lebih memilih hidup bersama saudara2nya dibanding bersamanya.
Sedangkan yang lain... dua orang putrinya menikah dengan orang yang tidak seakidah..sehingga mengkaburkan agama putri dan cucu2nya. Islam bukan, karena di saat ramadhan mereka tidak puasa, tidak sholat. tapi di KTP masih tertulis Islam. bahkan cucu2nya dididik di sekolah kresten.
Wallahu a'lam bagaimana dulu kisahnya.. tapi jika melihat foto2 keluarganya terdahulu.. bisa dilihat kalo keluarga ini adalah keluarga yang berada. bisa liburan kemana aja, makan dimana aja.. ultah cucu di restoran besar.. de el el

Cuma foto nenek yang hampir memasuki usia senjapun waktu itu belum tertutupi jilbab.
Astaghfirullah.. barulah sekarang saya sadar, nenek ini baru mengenal agama ketika sudah tua.. ketika dia sudah kehilangan kesempatan menanamkan Islam pada putri-putri dan cucu-cucunya..
ya.. nasi sudah menjadi bubur.. yang tinggal sekarang hanya penyesalan tak berujung..
Menyesal akan masa depan putri-putrinya di akhirat kelak..
Menyesal akan masa depan cucu-cucunya di akhirat kelak..
Menyesali pernikahan beda akidah tersebut..
menyesali karena dulu beranggapan bahwa semua agama sama..
Menyesali karena baru sekarang mengenal Diin-Nya..
Menyesali karena tidak mendidik dan menanamkan akidah kepada anak-anaknya..
Maafkan ibu nak.. ibu pikir, uang dan dunia bisa membahagiakan dan menyelamatkanmu..
Bukankah akidah yang akan kau bawa kelak menghadapNya?
Tapi lihatlah.. ibu tidak bisa membelikan akidah untukmu..
Lihatlah.. ibu hanya bisa menangis membayangkan kelak kehidupanmu di alam sana..

Jika waktu bisa diulang...
ibu akan belajar Islam lebih tekun lagi.. bukan hanya untuk ibu.. tapi untukmu belahan belahan hatiku..
Menyuapimu sambil membaca basmalah..
Membobokkanmu dengan doa dan cerita para Rasul agar kau bangga kepada mereka.. bangga menjadi Muslim..
Menanamkanmu takut akan neraka dan berharap pada surgaNya..
Andai...
Tapi sekarang ibu hanya bisa bertaubat mohon ampunanMu Allah..
Berdo'a agar kelian diberi petunjuk dipilihkan dan dimudahkan Allah menuju jalanNya..
so... Masihkah kita berpikir Agama nanti kalau sudah tua saja (Bimbo)

Read More